Selasa, 06 Mei 2014

Dua mobil listrik ini dinamai EZZY ITS ver 1.0 dan EZZY ITS ver 1.1. Keduanya memiliki spesifikasi berbeda, khususnya soal komponen dapur pacu. EZZY ITS ver 1.0 mengadopsi jenis engine supercarDOHC 24v Type 6 Cylinder.
Mesinnya memakai pabrikan YASA 750 Brushless DC Motor dengan daya 50 kilowatt. Adapun EZZY ITS ver 1.1 mengusung mesin jenis permanent magnet brushless DC dengan daya 30 KW. Konsumsi energi dua Molina ini 5,3 kilometer per Kwh. “Sekali cas baterai empat jam,” ujar anggota tim lainnya, Agus Mukhlisin.
Selain Molina, ITS juga mengikutsertakan mobil tenaga surya, Sapuangin, dan mobil Lowo Ireng Supercar. Mobil Sapuangin pernah dilombakan dalam ajang World Sollar Challenge di Australia. Adapun mobil Lowo Ireng Supercar mengusung mesin Mitsubishi Gallant V6 Twin Turbo berkapasitas 2.500 CC.
Khusus Lowo Ireng, kata Nur, pihaknya hanya merekonstruksi aerodinamika dan membuat Electronic Control Unit. “Mesin dikasih dan Lowo Ireng tetap memakai BBM. Kami hanya bertugas mendesain tampilan dan membuat ECU,” kata Nur.
Rektor ITS Triyogi Yuwono mengatakan ide membikin Molina tercetus setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong ITS agar membuat prototipe mobil listrik. Pihaknya belum melangkah untuk mematenkan hak cipta dan memproduksi massal. “Belum ada rencana produksi massal. Mungkin 2019 baru bisa, dengan catatan melibatkan universitas, pemerintah, dan industri,” katanya.
Di salin dari Liputanislam.com